Senin, 28 November 2011

PROSPEK DAN MANFAAT TANAMAN KELAPA DI INDONESIA Semester gasal

2010/2011
Disusun oleh:
Kelompok 1

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2010

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelapa merupakan tanaman tropis yang telah lama dikenal masyarakat Indonesia. Hal ini terlihat dari penyebaran tanaman kelapa di hampir seluruh wilayah Nusantara, yaitu di Sumatera dengan areal 1,20 juta ha (32,90%), Jawa 0,903 juta ha (24,30%), Sulawesi 0,716 juta ha (19,30%), Bali, NTB, dan NTT 0,305 juta ha (8,20%), Maluku dan Papua 0,289 juta ha (7,80%), dan Kalimantan 0,277 juta ha (7,50%). Kelapa merupakan tanaman perkebunan dengan areal terluas di Indonesia, lebih luas dibanding karet dan kelapa sawit, dan menempati urutan teratas untuk tanaman budi daya setelah padi. Kelapa menempati areal seluas 3,70 juta ha atau 26% dari 14,20 juta ha total areal perkebunan. Sekitar 96,60% pertanaman kelapa dikelola oleh petani dengan rata-rata pemilikan 1 ha/KK (Allorerung dan Mahmud 2003), dan sebagian besar diusahakan secara monokultur (97%), kebun campuran atau sebagai tanaman pekarangan.

Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan komoditas strategis yang memiliki peran sosial, budaya, dan ekonomi dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Manfaat tanaman kelapa tidak saja terletak pada daging buahnya yang dapat diolah menjadi santan, kopra, dan minyak kelapa, tetapi seluruh bagian tanaman kelapa mempunyai manfaat yang besar.
Rata-rata produksi kelapa Indonesia dari perkebunan Rakyat pada periode 2000–2005 adalah sebesar 3.036.759 ton pertahun, sedangkan rata-rata produksi dari hasil prediksi selama 2006–2009 adalah 3.187.695 ton, atau meningkat sekitar 5 persen. Akhir-akhir ini kebutuhan akan biji kelapa, air kelapa dan arang batok kelapa kembali meningkat, seiring dengan pertumbuhan penduduk. Diperkirakan pada masa mendatang kebutuhan akan komoditas ini akan semakin meningkat, mengingat pola hidup masyarakat Indonesia sulit dilepaskan dari komoditas kelapa dan hasil olahannya. Tanaman kelapa juga merupakan salah satu dari sebelas komoditas andalan perkebunan penghasil devisa negara, sumber pendapatan asli daerah (PAD), sumber pendapatan petani dan masyarakat. Dengan demikian komoditas kelapa diharapkan dapat membantu mengentaskan kemiskinan di daerah dan dapat mendorong perkembangan agroindustri serta pengembangan wilayah. Indonesia memiliki potensi yang besar dalam pengembangan komoditas kelapa. Namun demikian upaya pengembangan komoditas kelapa dihadapkan pada berbagai kendala antara lain: (i) produktifitas yang masih rendah (di bawah normal), karena banyak kelapa berumur di atas 20 tahun, dan budidaya dengan bibit asalan, (ii) rendahnya pendanaan khususnya untuk perkebunan, (iii) kebijakan pembangunan yang belum mendukung sektor perkebunan, dan (iv) industri hilir yang belum berkembang,sehingga sebagian besar produk dijual dalam bentuk produk primer.
B. Tujuan
Tujuan pada makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
1. Mengetahui bagaimana prospek pengembangan usaha agribisnis kelapa di Indonesia.
2. Mengetahui manfaat apa saja yang bisa dihasilkan dari kelapa/


BAB II
PROSPEK PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KELAPA DAN MANFAATNYA
A. Prospek Pengembangan Agribisnis Kelapa
Alasan utama yang membuat kelapa menjadi komoditi komersial adalah karena semua bagian kelapa dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Dari analisis budidaya terlihat bahwa investasi yang besar dan dapat menguntungkan hanya dalam waktu kurang dari 6 tahun, belum termasuk keuntungan lain yang didapat selain dari buah. Oleh karena itu, budidaya tanaman kelapa merupakan salah satu alternatif yang sangat menguntungkan.
Sekitar 96% kebun kelapa merupakan perkebunan rakyat yang diusahakan di kebun atau pekarangan rumah. Perkebunan tersebut dikelola secara monokultur ataupun kebun campur dengan melibatkan sekitar 20 juta jiwa keluarga petani atau buruh tani. Meskipun luas perkebunan kelapa terbesar kedua setelah sawit, namun usahatani kelapa belum mampu menjadi sumber pendapatan utama petaninya.
Produktivitas tanaman dan nilai tukar produk primer yang dihasilkan --seperti kopra dan minyak-- yang cenderung menurun menjadi salah satu penyebabnya. Pengelolaan usahatani pun masih bersifat tradisional akibat keterbatasan wawasan petani. Keterlibatan secara langsung dari pemerintah, kalangan industri, dan masyarakat konsumen di lapangan pun masih sangat kurang dan berjalan sendiri-sendiri.
Untuk dapat menjadikan usahatani kelapa menjadi sumber pendapatan utama petani, perlu diubah sistem usahatani tradisional dan industri primer parsial menjadi suatu sistem dan usaha agribisnis berbasis kelapa yang berdaya saing, berkelanjutan, berkerakyatan dan terdesentralisasi.
Bukan tidak mungkin apabila usahatani kelapa dikelola secara profesional akan dapat memberikan kontribusi yang tak kecil untuk negara ini. Hal ini memungkinkan karena hasil penelitian menungkapkan bahwa kandungan asam laurat dalam minyak kelapa memiliki manfaat kesehatan. Dan akhir-akhir ini perdagangan minyak kelapa murni (virgin coconut oil, VCO) makin meluas di antero dunia. Walau belum didukung uji klinis, banyak pihak meyakini VCO sebagai obat berbagai macam penyakit dan harganya pun cukup mahal.
Disamping aspek kesehatan, minyak kelapa dapat menjadi sumber utama pengganti bahan bakar minyak diesel fosil. Bahkan Filipina telah mengembangkan campuran biodiesel kelapa 10% (B-10) sejak tahun 2002 dan telah digunakan untuk kendaraan dinas beberapa instansi pemerintah. Salah satu kelebihan minyak kelapa di daerah tropis adalah dapat digunakan sebagai pengganti solar tanpa proses esterifikasi dan tanpa campuran (B-100) sebagaimana yang telah digunakan di Marshall Island sejak awal 2005 tanpa modifikasi dan gangguan pada mesin. Prosesnya pun sederhana sehingga mudah dan cocok dilakukan di daerah yang aksesibilitasnya terbatas seperti daerah kepulauan yang harga kopranya selalu rendah.
Kedua isu tersebut merupakan bahan diskusi dalam forum Konperensi Nasional Kelapa VI yang akan diselenggarakan pada 16-18 Mei 2006 di Gorontalo. Penyelengara kegiatan tersebut adalah Puslitbang Perkebunan dan Balitka bekerjasama dengan Pemprov. Gorontalo .
Pengembangan agribisnis kelapa berperan penting untuk peningkatan produktivitas dan sekaligus peningkatan pendapatan petani. Saat ini kelapa sangat berperan dalam perekonomian sebagai penyedia lapangan tenaga kerja, bahan baku industri dalam negri dan konsumsi langsung. Meskipun demikian, kebanyakn usahatani kelapa tidak terkait langsung dengan industri pengolahan, industri hilir, serta industri jasa dan keuangan. Akibatnya agribisnis kelapa tidak berhasil mendistribusikan nilai tambah, secara optimal dan proporsional, sehingga tidak signifikan pengaruhnya terhadap penambahan pendapatan petani kelapa. Pengelolaan usahatani kelapa masih bersifat tradisional dan terbatasnya modal, maupun kualitas produk yang dihasilkan masih rendah. Sampai saat ini belum banyak berubah sehingga komoditas kelapa yang mempunyai multiguna relatif tidak ada nilai tambahnya. Pangsa pasar ekspor sangat terbuka untuk semua produk kelapa, khususnya produk ikutan seperti bungkil, arang tempurung, sabut kelapa dan desicated coconut.
Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas yang berdampak kepada peningkatan pendapatan petani adalah dengan pengelolaan input usahatani seperti tenaga kerja, pendapatan, pendidikan, luas lahan dan keikutsertaan dalam kelompok tani secara optimal dan efektif. Usahatani berbasis organisasi dan kelompok dalam bentuk komunitas yang aktif dan mandiri akan meningkatkan posisi tawar menawar petani. Petani makin kuat dalam menentukan harga produk berupa butiran maupun kopra (Luntungan et al., 2005). Bentuk basis organisasi perkelapaan Indonesia mempunyai ciri yaitu : orientasi output, orientasi bisnis, dan orientasi pengembangan wilayah (Akuba, 2003).
Strategi pengembangan sistem agribisnis kelapa adalah suatu proses fungsi produksi yang akan menghasilkan produktivitas kelapa secara optimal dan efisien, maka straytergi tersebut merupakan keterpaduan dan keberlanjutan kerjasama masing- masing subsistem agribisnis (Suprapto, 1998).
Pada dasrnya seluruh bagian buah kelapa dapat diolah menjadi berbagai produk untuk berbagai keperluan. Teknologi pengolahan, standar mutu, dan sistem sertifikasinya juga sudah dikuasai oleh tenaga ahli Indonesia. Namun, berbagai kelemahan masih melekat di Industri pengolahan kelapa kita seperti suplai bahan baku, karena industri tidak memiliki kebun kelpa dan investasi yang relatif besar sehingga kurang menarik investor. (FOKPI, 2006).
Peluang pengembangan agribisnis kelapa dengan produk bernilai ekonomi tinggi sangat besar. Alternatif Produk yang dapat dikembangkan antara lain Virgin Coconut Oil (VCO), Oleochemical (OC), Desicated Coconut (DC), Coconut Milk/ Cream (CM/ CC), Coconut Charcoal, Activated Carbon (AC), Brown Sugar (BS), Coconut Fiber (CF), dan Cocon Wood (CW), yang diusahakan secara parsial maupun terpadu. Pelaku agribisnis produk- produk tersebut mampu meningkatkan pendapoatnnya 5-10 kali dibandingkan dengan bila hanya menjual produk kopra. Berangkat dari kenyataan luasnya potensi pengembangan produk, kemajuan ekonomi perkelapaan di tingkat makro (daya saing di pasar global) maupun mikro, (pendapatan petani, nilai tambah dalam negeri dan substitusi impor) tampaknya akan semakin menuntut dukungan pengembangan industri kelapa secara kluster sebagai prasyarat (Allorerung et al. 2005).
B. Manfaat
Tanaman kelapa merupakan tanaman serbaguna atau tanaman yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Seluruh bagian pohon kelapa dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia, sehingga pohon ini sering disebut pohon kehidupan (tree of life) karena hampir seluruh bagian dari pohon, akar, batang, daun dan buahnya dapat dipergunakan untuk kebutuhan manusia sehari- hari.
Daun muda dipergunakan sebagai pembungkus ketupat dan sebagai bahan baku obat tradisional, sedanhkan daun tua dapat dianyam dan dipergunakan sebagia atap, kemudian lidinya sebagia bahan pembuat sapu lidi. Batang kelapa dapat digunakan sebagai bahan baku perabotan/ furniture atau bahan bangunan dan jembatan darurat. Akar kelap dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan bir atau bahan baku pembuatan zat warna.
Buah kelapa terdiri dari sabut, tempurung, daging buah dan air kelapa. Buah kelapa yang telah masak kira- kira 2 kg per butir. Buah kelapa dapat digunakanhampir pada seluruh bagiannya. Airnya untuk minuman segar atau dapat diproses lebih lanjut menjadi nata de coco, atau kecap. Sabut untuk bahan baku tali, anyaman keset, matras, jok kendaran. Dari sabut tersebut akan diperoleh serat matras 18% , serat berbulu 12% dan sekam/ dedak atau gabus 70%. Serat matras digunakan untuk bahan pengisi jok, penyaring dan matras. Serat berbulu digunakan untuk sikat pembersih, sapu dan keset sedang sekam/ gabus digunakan untuk media tanaman atau pupuk Kalium.
Tempurungnya secara tradisional dibuat sebagai gayung air, mangkuk, atau diolah lebih lanjut nenjadi bahan baku obat nyamuk bakar, arang, briket arang, dan karbon aktif. Daging buahnya dapat langsung dikonsumsi atau sebagai bahan bumbu berbagai masakan atau diproses menjadi santan kelpa, kelapa parutan kering (desicated coconut) serta minyak goreng. Daging buah dapat pula diproses menjadi kopra. Kopra bila dipro ses lebih lanjut dapat menghasilkan minyak goreng, sabun, lilin, es krim atau diproses lebih lanjut sebagai bahan baku produk oleokimia seperti asam lemak (fatty acid) , fatty alcohol, dan gliserin. Hasil samping ampas kelapa atau bungkil kelapa merupakan salah satu bahan baku pakan ternak.
Cairan nira kelapa dapat diproses menjadi gula kelpa . Ketandan buah yang baru tumbuh sampai posisi tegak diambil cairannya dan menghasilkan nira. Nira ini dapat diproduksi sebagai minuman dan gula kelapa. Setiap pohon kelapa terdapat 2 buah ketandan bunga, bisa diambil niranya sampai 35 hari dan selanjutnya akan muncul ketandan bunga baru lagi.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar