Kamis, 22 Oktober 2009

Optimalisasi Intensifikasi Pertanian Melalui Pemberdayaan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A)

TUGAS TERSTRUKTUR

IRIGASI DAN DRAINASE


Optimalisasi Intensifikasi Pertanian Melalui Pemberdayaan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A)

Makalah Ini Disusun Guna Melengkapi Komponen

Tugas Terstruktur Mata Kuliah Irigasi Dan Drainase

Dosen Pengampu: Ir. Bondansari, M.Si

Jumat, 16 Oktober 2009

TUGAS TERSTRUKTUR
IRIGASI DAN DRAINASE

PEMELIHARAAN SUMBERDAYA AIR MELALUI KONSEP AGROFORESTRI

Makalah Ini Disusun Guna Melengkapi Komponen
Tugas Terstruktur Mata Kuliah Irigasi Dan Drainase
Dosen Pengampu: Ir. Bondansari, M.Si


Disusun oleh:
Arif Ardiawan
A1L008062


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2009


PEMELIHARAAN SUMBERDAYA AIR MELALUI KONSEP AGROFORESTRI

Air merupakan suatu materi berbentuk cair yang keberadaaannya mendominasi permukaan bumi. Air adalah sangat penting untuk menunjang kehidupan manusia, tanaman maupun ternak terutama dalam usaha produksi pangan. Jika air tidak tersedia maka produksi pangan akan terhenti. Ini berarti bahwa sumberdaya air menjadi faktor kunci untuk keberlanjutan pertanian khususnya pertanian beririgasi (Sutawan, 2008)
Sumberdaya air merupakan kemampuan dan kapasitas potensi air yang dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk berbagai jens kegiatan. Terdapat berbagai jenis sumber air yang umumnya dimanfaatkan oleh masyarakat, seperti air laut, air hujan, air tanah, dan air permukaan. Dari keempat jenis air tersebut, sejauh ini air permukaan merupakan sumber air tawar yang terbesar digunakan oleh masyarakat (Menkimpraswil, 2001)
Namun, meledaknya jumlah penduduk baik di Indonesia maupun di dunia menuntut tersedianya lahan pemukiman. Tidak hanya itu, untuk memenuhi kebutuhan pangan, maka kegiatan alih fungsi hutan menjadi lahan-lahan pertanian maupun perkebunan sudah begitu marak sehingga luasan areal hutan sudah sangat berkurang. Padahal hutan yang memiliki vegetasi pohon sangat besar pengaruhnya terhadap usaha-usaha konservasi sumberdaya air.
Pembabatan hutan dengan semena-mena tanpa kendali mengakibatkan berkurangnya kuantitas air dan tidak jarang menimbulkan banjir terutama pada musim penghujan. Air tanah dan air permukaan mulai terkontiminasi zat-zat kimia yang mengandung racun akibat limbah industri, limbahan dari saluran irigasi yang mengandung pestisida maupun limbah domestik. Degradasi sumberdaya air dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan masyarakat. Air irigasi yang tercemar juga dapat berakibat buruk terhadap hasil panen, sehingga secara keseluruhan tercemarnya sumberdaya air dapat mengancam kesejahteraan masyarakat.
Masalah utama dalam konservasi sumberdaya air adalah lansekap pada sistem lahan suatu kawasan hanya berorientasi pada konservasi jenis tumbuhan, produksi dan nilai ekonomis dari tegakan. Desain lansekap yang tidak berdasarkan pada neraca keseimbangan air tanah berakibat pada akumulasi air yang hilang secara potensial pada suatu sistem lahan adalah relative besar(Suharto,2006).
Fungsi hutan yang paling utama adalah menjaga ketersediaan air, mempertahankan kesuburan tanah, mengurangi erosi tanah, serta mempertahakan sifat fisik tanah (Bustang, 2004). Sehingga, dengan berkurangnya luasan areal hutan sangat berpotensi menimbulkan lebih banyak dampak negatif, misalnya banjir, erosi dan longsor, degradasi lahan, penurunan produktivitas tanah, perubahan iklim, menurunnya ketersediaan air tanah, dan penurunan biodiversitas.
Kemampuan lahan meretensi air hujan sangat tergantung pada karakteristik sistem tajuk dan perakaran tipe vegetasi penutupnya. Sistem tataguna lahan dengan vegetasi penutup bertipe pohon yang disertai adanya tumbuhan penutup tanah adalah sistem lahan yang mempunyai kemampuan meretensi air hujan lebih baik daripada sistem lahan tingkat semai atau tiang. Dengan demikian, vegetasi tipe pohon mempunyai fungsi lebih baik untuk meningkatkan kapasitas simpanan air tanah (Suharto, 2006).
Sistem tataguna lahan seperti yang dijelaskan diatas biasa dikenal dengan istilah Agroforestri atau dikenal di masyarakat Jawa dengan sebutan Wanatani. Yaitu suatu upaya untuk memperoleh hasil atau produksi dari kombinasi tanaman semusim, pepohonan, dan ternak (hewan) secara bersama baik sekaligus atau secara bergiliran melalui pengelolaan lahan yang terjangkau secara sosial ekonomi (Anonim, 2009).
Konsep dasar agroforestri sebagai upaya menjaga ketersediaan air tanah berkaitan erat dengan interaksi yang terjadi antara tanaman dengan tanah sebagai tempat tumbuh tanaman. Menurut Stocking (1988) dalam Suharto et al proses interaksi antara tanaman dengan tanah dapat memperbaiki infiltrasi, struktur tanah dan kapasitas memegang air, pengurangan laju aliran permukaan (run off) oleh seresahan maupun batang tanaman, dan keterikatan fisik tanah dengan akar tanaman.
Sebagai salah satu vegetasi yang ada pada konsep agroforestri, pohon mempunyai tipe pertumbuhan akar yang relatif dalam. Dengan demikian, kedalaman efektif tanah pada tegakan pohon juga akan relatif dalam. Kedalaman efektif tanah yang dalam dengan adanya intersepsi perakaran pohon akan memberikan kontribusi terhadap perbaikan struktur tanah dan keseimbangan distribusi ukuran partikel tanah pada kedalaman yang lebih dalam, sehingga akan memperbesar kedalaman jeluk tanah dan meningkatkan kapasitas tanah memegang air (Suharto, 2006).
Kadar bahan organik tanah yang dihasilkan dari lahan bervegetasi pohon cenderung lebih besar dibanding lahan dengan vegetasi tanaman selain pohon. Keberadaan bahan organic pada tanah bagian atas (top soil) akan mempengaruhi besaran air drainase (Suharto, 2006). Kadar bahan organik tanah mempunyai kontribusi terhadap kapasitas tanah memegang air sehingga dapat mengurangi kehilangan air tanah melalui drainase. Semakin tinggi kandungan bahan organic tanahnya, maka kemampuan mengikat air tanah akan semakin besar. Hal ini dipengaruhi oleh adanya akumulasi peran bahan organic dalam perbaikan struktur tanah dan keseimbangan distribusi ukuran partikel tanah pada bagian top soil sehingga tersedianya kapasitas ruang pori mikro yang cukup bagi air tersedia tanah.
Menurut Suntoro (2009) penggunaan konsep agroforestri juga dapat diterapkan di tanah sekitar DAS (Daerah Aliran Sungai). Dengan menetapkan luasan hutan minimum 30% dari luas DAS adalah merupakan suatu langkah dalam menanggulangi banjir dan longsor , disamping upaya-upaya konservasi lainnya, hutan mempunyai peran sangat penting dalam menahan laju run off .
Secara sederhana, konsep agroforesti sebagai upaya pemeliharaan sumberdaya air dapat dilihat dari interaksi yang saling terkait antar vegetasi yang ada. Beberapa pengaruh agroforestri terhadap komponen siklus hidrologi: Pertama, keberadaan vegetasi yang bervariasi akan mempengaruhi intersepsi yaitu penahanan sebagian air oleh biomasa yang ada di permukaan. Sehingga semakin besar aktivitas intersepsi maka akan mengurangi aktifitas erosi oleh air. Kedua, keberadaan vegetasi dengan sistem perakaran yang kuat akan meningkatkan inviltrasi tanah. Sehingga air akan mudah menyerap ke dalam tanah. Hal ini untuk mengurangi adanya run off. Ketiga, setelah air mengalami inviltrasi, maka air akan tertahan oleh akar dan selanjutnya akan mengalami perkulasi sehingga terjadilah air tanah (ground water).



DAFTAR PUSTAKA


Anonim. 2009. Arah Pengenbangan Agroforestry. Artikel. http://acehpedia.org/Arah-Pengembangan-Agroforestry. diakses tanggal 15 Oktober 2009.
Bustang. 2004. Penggundulan Hutan Dan Alternatif Pemecahannya. Jurnal. www.rudyct.com/PPS702-ipb/09145/bustang.pdf. Diakses tanggal 13 Oktober 2009.
Mentri Permukiman dan Prasarana Wilayah. 2001. Pemanfaatan Sumber Daya Air Melalui Pendekatan Penataan Ruang. Makalah Seminar. www.penataanruang.net/.../DirWilteng_Unisba020501_PSDA_Taru.rtf. diakses tanggal 15 Oktober 2009
Suharto, Edi. 2006. Kapasitas Simpanan Air Tanah Pada Sistem Tataguna Lahan Lpp Tahura Raja Lelo Bengkulu. Jurnal. www.bdpunib.org/jipi/artikeljipi/2006/44.PDF. Diakses tanggal 10 Oktober 2009
Suntoro. 2009. Peran Agroforestri Dalam Menanggulangi Banjir Dan Longsor DAS. Jurnal. http://suntoro.staff.uns.ac.id/2009/04/01/agroforestri-banjir-dan-longsor-das/. Diakses tanggal 15 Oktober 2009.
Sutawan, Nyoman. 2008. Pengelolaan Sumberdaya Air Untuk Pertanian Berkelanjutan, Masalah Dan Saran Kebijaksanaan. Jurnal. www.akademik.unsri.ac.id/.../(7)%20soca-sutawan-sumberdaya%20air(1).pdf. Diakses tanggal 10 Oktober 2009.