Jumat, 02 Desember 2011

Budidaya Kangkung Dengan Sistem Hidroponik

Penerapan sistem hidropinik pada budidaya kangkung merupakan pilihan tepat pada kondisi saat ini. Hal tersebut dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sosial masyarakat setempat serta banyaknya jumlah permintaan sayur terutama kangkung. Gaya hidup masyarakat saat ini cenderung beralih menjadi pola hidup konsumtif yang mulai memilih produk dengan kualitas tertentu misalnya produk dengan label organik . Oleh karena itu, produk hasil pertanaman dengan sistem hidropinik juga dapat dijadikan sebagai nilai jual tersendiri. Kemudahan dalam pengelolaan jenis nutrisi yang diberikan juga lebih mudah dibanding dengan sistem tanam konvensional (Kohar et.al, 2004).

HIDROPONIK

Hidroponik, ditemukan pada awal tahun 1930, secara sederhana diartikan sebagai budidaya tanaman pada media air yang mengandung nutrisi esensial. Menurut pandangan lain, hidroponik merupakan teknik budidaya pada media tanpa tanah yang memiliki elemen nutrisi esensial dari pemberian larutan nutrisi. Lebih lanjut, dalam sistem lingkungan budidaya yang terkendali (CEA) sistem hidroponik diterapkan melalui sistem larutan dan sistem substrat (Swiader dan George, 2002).

Kangkung (Ipomoea reptans Poir.)


Klasifikasi botani tanaman kangkung berdasarkan kelas taksonominya adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Famili : Convolvulaceae
Genus : Ipomoea
Spesies : Ipomoea reptans Poir. (Rukmana, 1994)

Menurut Sriharti dan Takiyah (2007), tanaman kangkung terdiri dari dua varietas yaitu kangkung darat atau disebut kangkung cina (Ipomoea reptans Poir) dan kangkung air (Ipomoea aquatica Forsk) yang tumbuh secara alami di sawah, rawa, atau parit. Perbedaan antara kangkung darat dan kangkung air terletak pada warna bunga dan bentuk batang serta daun. Kangkung air berbunga putih kemerahan, batang dan daunnya lebih besar, warna batangnya hijau, sedangkan kangkung darat daunnya panjang dengan ujung runcing berwarna hijau keputihan, bunganya berwarna putih.

HIDROPONIK: Solusi Produksi Pertanian

Keterbatasan jumlah lahan produktif di Indonesia bukan lagi merupakan wacana, akan tetapi sudah menjadi sebuah kenyataan. Penggunaan lahan secara terus-menerus tanpa usaha pemeliharaan kesuburan tanah dinilai menjadi penyebab berkurangnya lahan produktif. Selain itu, alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non-pertanian seperti perumahan dan wilayah industri juga turut andil mengurangi ketersediaan lahan pertanian produktif.

AIDS Bukan Sekedar Penyakit



Hampir setiap orang tahu kalau satu hari yang lalu diperingati sebagai hari AIDS. Tidak tanggung-tanggung, cakupannya pun sudah tingkat dunia. Sehingga sering kita menamainya Hari AIDS Se-Dunia. Laiknya hari “besar” lainnya, pastilah ada peristiwa besar sehingga warga dunia pun bersepakat mencanangkan hari AIDS. Tentu tujuannya bukan untuk memperingati kemudian memperbesar penyebaran penyakit tersebut. Akan tetapi tujuannya untuk mengendalikan penyebaran penyakit agar tidak mewabah lebih luas lagi.