Batam
I’m in Research Part 1
Naik Pesawat
Naik
Pesawat. Bukan makna yang sebenarnya. Karena bukan naik di atas pesawat.
Melainkan kita berada di dalam pesawat. Juga tidak menaiki kursi pesawat,
tetapi menduduki kursi pesawat. Gampangnya, pada hari itu Jum’at 13 April 2012
merupakan saat pertama kalinya aku menggunakan moda transportasi udara. Biasa
orang menyebutnya pesawat terbang, berbeda pada saat aku kecil biasa
kusebut dengan nama montor mabur.
Hari
ini menjadi hari yang bersejarah. Selain pengalaman pertama kali menumpang
pesawat terbang. Hari ini perjalanan menuju batam merupakan langkah awal pada
proses penelitian untuk skripsiku. Kebetulan penelitianku merupakan kerjasama
antara LPPM Unsoed dengan PT. Poultrindo Lestari yang berkantor di Batam.
Perjalanan cukup mengasyikan bersama dengan Prof. Suwarto, Pak Agus Riyanto dan
Pak Minto.
Saat-saat
lepas landas merupakan momen yang menurutku paling megejutkan. Karena terjadi
secara tiba-tiba dan seperti ditarik dari belakang. Namanya juga pengalaman
pertama. Pasti terasa gerogi. Tetapi setelah pesawat stabil di udara,
perjalanan serasa begitu halus. Melewati jendela di samping kiri tempat duduk
bernomor 14 C, aku menyaksikan pemandangan dibawah yang cukup mengesankan.
Tiba-tiba disaat aku sedang menyaksikan pemandangan yang sebagai besar tertutup
awan, profesor bertanya padaku.
“Rif,
kira-kira siapa yang mencoret-coret kaca pesawat bagian luar itu?” tanya sang
Profesor sambil menunjukan jarinya kearah jendela yang penuh goresan di bagian
luar. “Paling pengamen kalo gak ya pedagang asongan, Pak. Hahaha” jawabku
dengan nada bercanda. Serentak kami tertawa bersama.
Pesawat
yang satu ini memang berbeda dari pesawat yang sehari-hari aku temui. Coba kita
ulas satu per satu perbedaan pesawat yang sehari-hari aku temui dengan pesawat
yang satu ini. Pertama, Sudah banyak yang tahu bahwa di dalam pesawat
kita tidak boleh menggunakan alat komunikasi. Karena diangggap bisa mengganggu
radar pesawat. Berbeda dengan pesawat yang biasa sehari-hari aku temui, justru
malah digunakan untuk berkomunikasi. Namanya pesawat telepon.
Kedua,
pesawat yang aku tumpangi tidak ada pembagian kelas, semuanya merupakan
penerbangan reguler dengan fasilitas yang sederhana. Tidak banyak hiburan
yang bisa kita saksikan. Tidak seperti
pesawat yang sering kita saksikan dengan hiburan beragam. Biasa kita menamainya
pesawat televisi.
Ketiga,
di dalam pesawat sebelum berangkat kita akan mendengar suara tanpa rupa. Suara
yang menjelaskan bagaimana kemanan saat penerbangan. Mulai dari cara pemakaian
sabuk pengaman hingga penggunaan masker oksigen. Suara tanpa rupa biasa kita
saksikan sehari-hari melalui frekuensi FM. Kita menyebutnya pesawat radio.
Tapi tidak hanya itu. Ada perbedaan
lagi yang mencolok dengan pesawat yang sering kita temui pula. Bedanya kalau
pesawat yang satu ini tidak bisa memberikan pertolongan ketika kita sakit.
Tetapi kalau pesawat rumah sakit bisa memberikan pertolongan kepada
siapa yang sedang sakit.
Itulah
pengalaman dan sedikit ulasan setelah saya mengikuti dan mengamati perjalanan
udara menggunakan maskapai BATAVIA AIR dengan nomor penerbangan Y6-567.
Berangkat dari bandara Adi Sutjipto, yogyakarta pukul 8.10 WIB dan tiba di
bandara Hang Nadim, Batam sekitar pukul 10.00 WIB. Welcome to Batam....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar