Minggu, 01 Mei 2011

Pentingnya Sumber Daya Hayati Untuk Produksi Pangan dan Pertanian

Mulai dari jutaan gen yang berperan sebagai
komponen penyusun kehidupan, hingga
ribuan tanaman dan binatang yang mendiami
dunia ini, dan kombinasi berbagai jenis mahluk
hidup yang hampir tak terhingga yang menyusun ekosistem alam, keragaman hayati
memberikan kontribusi penting bagi penyediaan pangan dunia.

Untuk menyediakan pangan bagi suatu populasi yang jumlahnya terus bertambah, pertanian harus diintensifkan agar
produksinya meningkat. Selain itu, ketangguhan sektor pertanian juga perlu ditingkatkan dengan cara merawat
keragaman berbagai bentuk kehidupan yang memiliki sifat-sifat yang baik, seperti jenis-jenis pohon yang tahan
terhadap kekeringan atau jenis-jenis ternak yang mampu bereproduksi dengan baik pada berbagai kondisi sulit.
Praktek-praktek pertanian yang berkelanjutan dapat menyediakan pangan bagi umat manusia sekaligus melindungi
lautan, hutan, padang rumput dan ekosistem lainnya yang menampung keragaman biologis yang ada.


Sebagai penghargaan terhadap peranan keragaman hayati dalam menjamin penyediaan pangan yang berkualitas tinggi
untuk mendukung kehidupan yang sehat dan aktif, FAO telah memilih “Keragaman Hayati untuk Mendukung
Ketahanan Pangan” sebagai tema hari pangan sedunia tahun ini.

Selain itu, pada tahun 2004 ini dunia merayakan diberlakukannya perjanjian internasional tentang sumber-sumber
genetic tanaman bagi pangan dan pertanian. Perjanjian tersebut akan memainkan peranan penting dalam mencapai
ketahanan pangan yang abadi dan pertanian yang berkelanjutan.


Keragaman Hayati Untuk Ketahanan Pangan
HARI PANGAN DUNIA
10 Oktober 2004

Terancam: Keragaman Hayati
Para ilmuwan sejauh ini telah mengidentifikasi sekitar 1.4 juta spesies tanaman dan binatang yang
hidup di dunia ini. Umat manusia menggantungkan hidupnya pada keragaman hayati sebagai
sumber pangan, perumahan, pelayanan serta kebutuhan hidup lainnya. Tetapi seiring dengan
bertambahnya populasi umat manusia, keragaman hayati menjadi terancam. Ancaman paling besar
ditimbulkan oleh kerusakan habitat alam. Spesies-spesies liar menjadi punah ketika tempat hidup
mereka hancur. Polusi, urbanisasi, penggundulan hutan dan konversi lahan basah mendorong
punahnya margasatwa. Kesalahan pengelolaan pertanian, kehutanan dan perikanan semakin
mempercepat proses kerusakan tersebut.

Keragaman Hayati untuk Pangan dan Pertanian
Beragamnya jenis tanaman dan binatang yang dibudidayakan merupakan dasar untuk keragaman
hayati produk pertanian. Namun demikian umat manusia hanya bergantung pada 14 spesies
mamalia dan burung untuk memenuhi 90% pasokan pangan hewani mereka. Dan hanya 4 spesies –
gandum, jagung, beras, dan kentang – untuk memenuhi setengah kebutuhan energi nabatinya.

Terlepas dari jumlah spesies-spesies tersebut, pelestarian keragaman genetic dalam setiap spesies
juga sangat penting. Pertanian modern telah mendorong banyak petani untuk mengadopsi berbagai
varitas tanaman atau binatang. Tetapi ketika produsen pangan melupakan keragaman, maka
keragaman bibit tanaman dan binatang akan punah – seiring dengan munculnya sifat-sifat tanaman
yang khusus.

Cadangan gen yang berkurang dengan cepat tersebut sangat meresahkan para ahli. Karena
keragaman sifat-sifat unik yang dimilikinya, memungkinkan tanaman dan binatang untuk
dikembangbiakan untuk menghadapi perubahan kondisi lingkungan yang terjadi. Keragaman
tersebut juga merupakan bahan yang diperlukan oleh para ilmuwan untuk mengembangkan varitas
tanaman dan ternak yang unggul.

Daripada hanya tergantung pada satu varitas tanaman yang unggul, petani di negara-negara
berkembang cenderung membutuhkan suatu kombinasi tanaman yang dapat tumbuh dengan baik
pada kondisi iklim yang buruk atau binatang ternak yang tahan terhadap penyakit. Bagi petani yang
sangat miskin, keragaman hayati dapat menjadi pelindung yang paling aman dari kelaparan.
Konsumen juga diuntungkan karena mereka memiliki akses yang lebih luas terhadap keragaman tanaman dan binatang ternak. Keragaman hayati juga memberikan kontribusi penting terhadap diet
nutrisi, terutama terutama bagi masyarakat pedesaan yang memiliki akses pasar yang sangat
terbatas.

Praktek Pertanian YangLebih Baik Dapat Melindungi Keragaman Hayati
Karena lebih dari 40% permukaan bumi digunakan untuk pertanian, petani memikul tanggung
jawab yang lebih besar untuk melindungi keanekaragaman hayati. Dengan menggunakan teknik-
teknik pertanian yang beraneka ragam seperti “bertani tanpa dicangkul”, pengurangan penggunaan
pestisida, praktek pertanian organic dan rotasi tanaman, para petani secara tidak langsung telah
memelihara keseimbangan pertanian mereka dan lingkungan sekitarnya yang sangat rentan.
Dengan adanya keterpaduan antara tanaman, binatang, dan lingkungan mereka, serangkaian
pelayanan yang sangat penting bagi kelestarian alam bisa dijaga. Binatang ternak, serangga, jamur
dan mikro-organisme dapat menghancurkan bahan-bahan organic, yang memindahkan berbagai
jenis nutrisi ke dalam tanah. Lebah, kupu-kupu, berbagai jenis burung dan kelelawar melakukan
proses polinasi tanaman buah-buahan. Rawa-rawa dan paya menyaring bahan-bahan penyebab
polusi. Hutan mencegah banjir dan mengurangi erosi. Predator-predator alamiah menjaga
pertumbuhan berbagai jenis spesies yang berada dibawah kontrol mereka.


Konservasi dan Pemanfaatan yang Berkelanjutan
FAO memperkirakan sekitar dua per tiga keragaman genetic dari tanaman pangan telah hilang
selama satu abad terakhir ini. Dan dari sekitar 6300 jenis binatang, 1350 jenis berada dalam
keadaan terancam atau bahkan telah punah. Usaha-usaha dunia untuk melestarikan tanaman dan
binatang dalam bank gen, taman-taman suaka dan kebun binatang memegang peranan yang sangat
penting. Namun demikian, pekerjaan yang tidak kalah pentingnya adalah memelihara keragaman
hayati di lahan-lahan pertanian dan alam, dimana tanaman-tanaman dan binatang-binatang tersebut
akan muncul dan beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang berubah-ubah dan berkompetisi
dengan spesies-spesies lainnya. Sebagai pelindung keragaman hayati dunia, petani dapat
mengembangkan dan memelihara tanaman dan pepohonan lokal dan mereproduksi binatang-
binatang asli pribumi, sehingga dapat menjamin kehidupan mereka.

Petani Miskin Dalam Hal Permodalan, Tetapi Kaya Tentang Pengetahuan Lokal.
Sejak kelahiran sektor pertanian 10 000 tahun yang lalu, para petani, nelayan, pastoralist, dan
penghuni hutan telah mengelola keragaman genetik dengan cara menyeleksi tanaman dan binatang
agar sesuai dengan kondisi lingkungan dan kebutuhan pangannya. Petani mewariskan pengetahuan
ini dari generasi ke generasi. Keragaman genetik dan keragaman spesies liar inilah yang
memungkinkan para ilmuwan untuk mengembangbiakan jenis-jenis tanaman dan ternak yang lebih
baik serta berbagai jenis ikan untuk akuakultur. Pada tahun 1840, keseragaman genetik telah
menyebabkan tanaman kentang Irlandia rentan terhadap penyakit “potato blight”, suatu penyakit
yang sangat mematikan yang telah memusnahkan tanaman tersebut dan mengakibatkan kematian
ribuan orang akibat kelaparan. Para ilmuwan belakangan menemukan bahwa beberapa dari sumber-
sumber tanaman yang tahan terhadap “blight” datang dari Amerika Latin, tempat dimana tanaman
kentang berasal, dan tempat dimana para petani lokalnya selama hampir satu millennium telah
menyeleksi dan menanam varitas yang tahan terhadap penyakit.
Para petani dimanapun mereka berada memiliki pengetahuan lokal yang sangat berharga, yang
meliputi penginderaan yang sangat terlatih untuk memasangkan varitas tanaman dan ternak dengan
suatu ekosistem pertanian tertentu. Pada tahun-tahun yang lalu, sumber-sumber genetik negara-
negara miskin digunakan untuk membudidayakan tanaman dan ternak, sering kali tanpa keuntungan
apapun yang dikembalikan ke negara-negara tersebut. Sekarang ini, kontribusi negara-negara
tersebut semakin dihargai seiring dengan hak-hak mereka untuk memperoleh sebagian dari
keuntungan yang dihasilkan, termasuk di dalamnya keuntungan secara finansial. Konsep tentang
hak-hak petani menegaskan bahwa petani harus mendapatkan bagian dari keuntungan yang
dihasilkan, memiliki hak suara dalam pengambilan keputusan, memiliki akses yang
berkesinambungan terhadapa keragaman genetik dan mendapatkan perlindungan terhadap
pengetahuan tradisional. Hak-hak petani merupakan suatu bagian penting dari perjanjian
internasional tentang sumber-sumber genetika untuk pangan dan pertanian.

Penggunaan Norma Pasar untuk Melindungi Tanaman dan Binatang Yang Terancam Kepunahan
Seiring dengan pergeseran negara-negara dari produksi pangan lokal tradisional, basis penyediaan
pangan seringkali semakin menyempit. Satu cara untuk melindungi nilai-nilai tersebut adalah
melalui tekanan pasar. Di pegunungan Andes Bolivia dan Peru, penjualan biji-biji “quinoa”
menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat. Pengganti gandum yang memiliki
kandungan gizi dan gluten yang tinggi tersebut mampu bertahan di Kekaisaran Inca tetapi
kemudian ditinggalkan. Usaha-usaha yang dilakukan oleh petani lokal dan kelompok masyarakat
sangat membantu mendongkrak produksi komoditi tersebut. Di pihak lain, konsumen menuntut
varitas buah-buahan dan sayuran yang memiliki kandungan vitamin yang tinggi dan memiliki
citarasa yang baik yang ditanam secara organik. Mulai dari beras Basmati dari Pakistan hingga
ayam lokal dari Afrika Utara, permintaan terhadap produk pangan asli suatu daerah membantu para
petani dan pengolah untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga mereka seiring dengan
penyelamatan keragaman hayati.

Solusi: Restorasi, Dukungan, Penelitian, dan Pelatihan
Penyelamatan keragaman hayati untuk pertanian memerlukan usaha-usaha yang menyangkut
banyak aspek. Ancaman yang paling utama terhadap keragaman hayati adalah kerusakan habitat.
Kerusakan lahan pertanian harus dihentikan sehingga pertanian dan keragaman hayati di dalam dan
di sekitar ekosistem pertanian dapat dilestarikan. Seringkali, sebenarnya hanya diperlukan sedikit
usaha untuk mewujudkannya. Di Tamil Nadu, India,budidaya teh yang intensif telah menyebabkan
degradasi tanah. Perlakuan dengan menggunakan cacing tanah dan bahan-bahan organik telah
berhasil meregenerasi kesuburan tanah dan meningkatkan keuntungan hingga tiga kali lipat.

Dalam hal ini, dukungan kebijakan sangat diperlukan. Ketika pengetahuan tradisional telah
memberikan suatu solusi, kebijakan pemerintah akan memberikan dukungan tambahan. Sebagai
contoh, hak-hak pengguna yang fleksibel dapat memfasilitasi praktek pemberian ijin dari petani
kepada kaum pastoralist untuk menggembalakan ternaknya di tanah-tanah mereka dengan imbalan
kotoran ternak tersebut sebagai pupuk untuk menyuburkan tanah. Kontrak lokal bagi para peternak lebah yang memindahkan kandang-kandang lebah mereka ke kebun buah-buahan dapat
meningkatkan produksi buah-buahan melalui perbaikan proses polinasi.

Penelitian-penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan telah menawarkan banyak hal kepada
petani dan sebagian besar dari hasil penelitian ini sebaiknya lebih diarahkan untuk memenuhi
kebutuhan negara-negara miskin. Ilmu pengetahuan dapat meningkatkan pengetahuan para petani
tentang bagaimana menyelamatkan ekosistem dan memperbaiki produksi secara keseluruhan.
Teknik-teknik baru dapat membantu melestarikan sumber-sumber genetis dan mendeteksi penyakit.
Satu cara untuk mendukung penelitian dapat dilakukan melalui “Global Crop Diversity Trust”,
suatu dana yang dibentuk oleh FAO dan para koleganya. Dana tersebut akan membantu negara-
negara berkembang dalam memelihara bank gen kelas satu dimana sumber-sumber genetik dapat
diamankan untuk generasi yang akan datang.

Melebihi segalanya, mungkin sistem pendidikan yang lebih baik yang akan menjadi faktor penentu
dalam penyelamatan keragaman hayati. Ketika petani mengetahui bahwa hasil pertanian mereka
dapat ditingkatkan tanpa menggunakan pestisida yang mahal dan berbahaya, mereka akan cepat
mengadopsi metode baru tersebut. Kerja para kelompok pecinta lingkungan yang
menginformasikan isu penyelamatan keragaman hayati kepada masyarakat juga akan menjadi
semakin penting. Diharapkan pada saat pemerintah mulai melihat keuntungan dari kebijakan dan
pelatihan untuk membantu petani dapat melindungi keragaman hayati, dukungan mereka akan
semakin berkembang. FAO akan terus mengembangkan kerjasama dengan kolega-koleganya
termasuk organisasi-organisasi internasional lainnya; Institusi penelitian, perdagangan dan
kebijakan, kelompok-kelompok masyarakat di akar rumput, masyarakat umum dan konsumen.

Lebih dari 840 juta orang masih menderita kelaparan di dunia ini dan masih lebih banyak lagi yang
menderita kekurangan gizi mikro. Usaha-usaha yang dilakukan dunia sejauh ini belum cukup untuk
mencapai target-target yang ditetapkan dalam World Food Summit dan Millenium Goal untuk
mengurangi jumlah penduduk lapar hingga setengahnya. Keragaman hayati yang menjadi faktor
penting dalam memerangi kekurangan gizi, layak untuk dilindungi.

Budidaya Tanaman Padi: Suatu Dunia Kecil dari jaringan Kehidupan
Sawah merupakan sumber keragaman hayati yang sangat kaya – dalam satu petak sawah, FAO
menemukan lebih dari 700 spesies serangga dan organisme lainnya. Pada posisi yang paling rendah
dari rantai makanan tersebut adalah bakteri dan tanaman air yang sangat kecil. Organisme-
organisme tersebut dimakan oleh binatang mikrokopic, yang pada gilirannya akan dimakan oleh
nyamuk dan larva. Larva merupakan sumber makanan bagi serangga predator yang lebih besar,
yang kehadirannya mengalir seiring dengan siklus kehidupan padi – ditanam, tumbuh dan dipanen.
Selama Revolusi Hijau di Asia telah diperkenalkan pemakaian insektisida yang berlebihan seiring
dengan diperkenalkannya varitas padi unggul. Tetapi setelah terjadinya serangan “brown
Planthopper” yang menghancurkan, petani menyadari bahwa bahan-bahan kimia juga telah
mematikan predator-predator alamiah. Melalui sekolah petani lapangan, teknik pengendalian hama
terpadu membantu petani mengenali jenis-jenis serangga dan hanya membunuh jenis-jenis serangga
yang mengancam kelangsungan hidup tanaman mereka. Hasilnya, penggunaan bahan kimia
berkurang dan hasil pertanian meningkat. Pada tahun 2004, FAO merayakan Tahun Padi
Internasional dan menyambut penggunaan metode yang ramah lingkungan untuk menanam
komoditi pangan yang penting.

Perjanjian Internasional tentang Sumber-sumber Genetik Tanaman untuk Pangan dan Pertanian
Perjanjian Internasional FAO tentang sumber-sumber genetik tanaman untuk pangan dan pertanian
mulai berlaku pada tanggal 29 Juni 2004. Instrument yang mengikat secara hukum ini sangat
penting untuk pertanian yang berkelanjutan. Peraturan tersebut memberikan suatu kerangka acuan
bagi usaha-usaha pada tingkat nasional, regional, dan internasional untuk melestarikan dan
menggunakan sumber-sumber genetik tanaman secara berkesinambungan untuk pangan dan
pertanian – dan untuk mendistribusikan keuntungannya secara merata, sejalan dengan konvensi
tentang keragaman biologis. Perjanjian tersebut mengandung dua elemen yang unik dan sangat
penting. Pertama, peraturan tersebut mengakui kontribusi yang sangat besar yang dibuat oleh petani
di semua belahan dunia terhadap pelestarian dan pengembangan sumber-sumber genetik tanaman
dan mengidentifikasi berbagai cara untuk melindungi dan mendorong hak-hak petani. Kedua,
peraturan tersebut meletakkan sistem multilateral tentang akses dan pembagian keuntungan. Hal ini
akan menjamin negara-negara untuk memperoleh akses terhadap beberapa sumber-sumber genetik
tamanan yang penting yang diperlukan untuk ketahanan pangan. Peraturan tersebut
mengidentifikasi keuntungan-keuntungan yang dapat dibagikan menggunakan basis internasional –
keuntungan-keuntungan seperti transfer dan akses teknologi, pembangunan kapasitas di tingkat
daerah, dan finansial serta keuntungan-keuntungan lain dari proses kemersialisasi. Keuntungan-
keuntungan tersebut terutama ditujukan untuk negara-negara berkembang dan negara-negara yang
ekonominya dalam proses transisi, untuk membantu mereka dalam memperoleh kemampuan untuk
melestarikan sumber-sumber genetik miliknya serta hal-hal lainnya yang bisa mereka dapatkan
dibawah system multilateral.

Melindungi Keragaman Hayati dengan Kekuatan Hukum
FAO membantu memberikan panduan kebijakan yang mengatur pelestarian dan pemakaian
keragaman hayati yang berkelanjutan.
“Code of Conduct for Responsible Fisheries” yang diadopsi pada tahun 1995, menetapkan prinsip-
prinsip untuk melestarikan, mengelola dan menggunakan sumber-sumber hayati akuatik secara
berkelanjutan. Aturan tersebut bekerja untuk melindungi lautan, pantai, dan perairan dunia yang
menghormati keragaman hayati dan lingkungan. FAO mendorong semua negara untuk
mengimplementasikan aturan yang bersifat sukarela ini yang mencakup aturan-aturan yang
memiliki effek yang bersifat mengikat, seperti terhadap pelestarian dan pengelolaan kapal-kapal di
lautan tinggi.
Suatu model “Code of Forest Harvesting Practices” diterbitkan pada tahun 1996 untuk mendorong
pengelolaan yang lebih baik terhadap pelestarian hutan. Beberapa aturan telah dikembangkan untuk
wilayah Asia-Pasific dan Afrika Barat dan Tengah serta aturan-aturan pada tingkat nasional, sebagai
contoh untuk Negara Cina.
Tujuan dari “International Plant Protection Convention” adalah untuk melindungi tanaman-
tanaman dengan cara membuat standar untuk pengendalian hama. Konvensi tersebut melindungi
keragaman hayati dengan cara mencegah masuknya serangga termasuk spesies-spesies asing yang
mungkin akan menjadi saingan bagi tanaman-tanaman dan binatang lokal. Aturan ini mulai berlaku
sejak tahun 1952.
Pada bulan Maret 2004, Perjanjian Internasional tentang Sumber-Sumber Genetik Tanaman untuk
Pangan dan Pertanian telah diratifikasi oleh sejumlah negar dan mulai berlaku 90 hari kemudian,
yaitu pada tanggal 29 Juni 2004. Perjanjian tersebut akan menjamin kelestarian sumber-sumber
genetik tanaman dan keuntungan yang dihasilkannya dapat didistribusikan secara merata.
Konvensi tentang keragaman hayati menetapkan bahwa pelestarian keragaman hayati merupakan
suatu kepedulian umat manusia yang umum dan sangat penting untuk pembangunan. FAO
bekerjasama secara erat dengan sekretariat konvensi tersebut untuk beberapa topik, yang meliputi
pengelolaan bersama terhadap program keragaman hayati pertanian yang mempergunakan berbagai
keahlian teknis FAO.
sumber: http://www.deptan.go.id/kln/berita/hayati.pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar