Semester gasal
2010/2011
Disusun oleh:
Kelompok 1
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2010
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanaman karet mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian di Indonesia karena komoditas karet ini telah menopang kehidupan banyak orang. Luas areal perkebunan karet di Indonesia telah mencapai lebih dari 3 juta hektar, sedangkan di Malaysia dan Thailand yang menjadi pesaing utama Indonesia memiliki luas areal perkebunan karet di bawah jumlah tersebut. Lahan karet di indonesia ini dibagi manjadi dua kelompok, yaitu 15% merupakan perkebunan yang besar dan 85% merupakan perkebunan rakyat yang dikelola secara sederhana. Hal ini menyebabkan produksi karet indonesia selalu dibawah malaysia dan thailand sejak tahun 1990-an.
Dengan memperhatikan adanya peningkatan permintaan dunia terhadap komoditi karet ini dimasa yang akan datang, maka upaya untuk meningkatakan pendapatan petani melalui perluasan tanaman karet dan peremajaaan kebun bisa merupakan langkah yang efektif untuk dilaksanakan. Guna mendukung hal ini, perlu diadakan bantuan yang bisa memberikan modal bagi petani atau pekebun swasta untuk membiayai pembangunan kebun karet dan pemeliharaan tanaman secara intensif.
Direktorat Jenderal Perkebunan melalui berbagai proyek perkebunan secara bertahap telah melakukan peremajaan tanaman dan upaya perbaikan budidaya tanaman karet serta peningkatan pemberdayaan petani karet untuk mengelola kebunnya sebagai suatu usaha bisnis. Masalah mutu karet merupakan masalah yang menjadi dasar penyebab rendahnya harga karet di Indonesia, meskipun produksi karetnya yang tergolong besar didunia.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui cara penunasan tanaman karet belum menghasilkan
2. Untuk mengetahui cara pengendalian gulma tanaman karet belum menghasilkan
BAB II
TEKNIK PENUNASAN DAN PENGENDALIAN GULMA TANAMAN BELUM MENGHASILKAN (TBM)
A. Teknik penunasan TBM
Teknik penunasan (pruning) merupakan tindakan pemotongan cabang atau ranting tanaman karet untuk merangsang pertumbuhan tanaman. Prunning pada tanaman karet sebelum menghasilkan bertujuan untuk membuntuk tajuk dengan cabang-cabang yang seimbang pada ketinggian yang di inginkan. Penunasan dilakukan secara teratur dan bertahap sehingga tidak menggangu pertumbuhan tanaman. Pemotongan cabang harus dilakukan serapat mungkin pada batang.
Pada kebanyakan tanaman karet baik klon ataupun semaian, cabang-cabang telah terbentuk pada bawah batang. Untuk mendapatkan bidang sadap yang baik supaya dapat melakukan penyadapan yang maksimal, maka batang tanaman harus bebas tahap penunasannya sebagai berikut:
1. Tunas-tunas pada ketinggian kurang dari 170cm
Mulai dari saat penanaman, tunas dan cabang-cabang pada batang yang tumbuh pada ketinggian kurang dari 170cm dari tanah harus dibuang secara teratur setiap bulan.
2. Tunas-tunas diatas 170cm
Tunas-tunas yang akan berkembang menjadi cabang-cabang yang membentuk kelompok-kelompok cabang yang melingkar pada cabang. Cabang-cabang ini akan dibuang secara bertahap sampai pada ketinggian 300cm dari tanah. Pada ketinggian 170 – 300cm ini hanya batang yang telah mempunyai tiga tingkat daun dengan helai daun yang mengeras saja yang boleh dipotong.
Pembuang cabang dimulai dari cabang yang terbawah atau yang paling besar dari kelompok cabang yang terendah. Pada setiap pusingan penunasan, jumlah maksimal cabang sebelum dilakukan penunasan pertama. Pemotongan cabang dilakukan sedemikian rupa sehingga terbentuk tajuk dengan cabang-cabang yang seimbang. Pusingan penunasan yang berikutnya dilakukan satu bulan dari penunasan terdahulu pada cabang yang telah memenuhi syarat tersebut diatas.
Setelah semua cabang dari kelompok cabang terendah dibuang, penunasan dapat diteruskan pada kelompok cabang berikutnya yang lebih atas dari cara yang sama.
Setelah semua cabang dari kelompok cabang terendah dibuang, penunasan dapat diteruskan pada kelompok cabang berikutnya yang lebih atas dari cara yang sama.
Cabang-cabang yang terletak diatas 300cm dari tanah dibiarkan tumbuh tidak bertunas. Bekas potongan, bila cabangnya yang dipotong tersebut agak besar agat diberi coalter. Setelah hal diatas dilaksanakan. Apabila terdapat cabang-cabang yang tidak seimbang yang menyebabkan pohon doyong, maka sebagian (kalau bisa cabangnya saja) dipotong lebih kurang 30cm dari percabangan. Demikian juga yang tidak ada top leadernya, maka dilakukan pemotongan sebagian cabang agar tinggi satu cabang induk sebagai top leader (hal ini jarang ditemuka).
Tanaman Stump Tinggi (Tall Stump)
Tanaman Stump tinggi dapat berasal dari okulasi (stumped budding) atau dari semaian (stumped seedling).
- Semua tunas yang tumbuh pada ujung stump mula-mula dibiarkan tumbuh dan semua tunas dibawah lingkaran tunas teratas dibuang. Bila daun dari tunas-tunas telah mengeras, maka dipilih tiga tunas terkuat yang letaknya menyebar sehinga akan terbentuk tajuk dengan cabang-cabang yang seimbang. Tunas-tunas yang lain dibuang.
- Ketiga tunas tersebut dibiarkan tumbuh sampai masing-masing membentuk tiga tingkat daun dengan helai daun yang telah mengeras. Kemudian dipilih satu cabang terkuat untuk menjadi leader dan 2 cabang lainnya dibuang.
- Ketinggian tall stump ini bervariasi. Untuk tall stump yang rendah misalnya kurang dari 1,5m. Setelah leader terbentuk maka semua tunas-tunas yang terbentuk pada leader ini dibiarkan tumbuh. Setelah tunas membentuk tiga tingkat daun dengan helai daun yang mengeras, tunas dibuang secara bertahap seperti yang disebutkan diatas.
- Apabila karena suatu hal misalnya patah atau karena penyakit, sehingga cabang utama (leader) hilang, maka pilih satu cabang terkuat untuk dibiarkan tumbuh sebanagi leader dengan cabang-cabang lainnya dipotong sehingga hanya tertinggal sepanjang 10cm saja dari batang.
- Kalau lingkaran tunas teratas tidak tumbuh karena kerusakan ujung stump, maka cabang dipilih dari tunas-tunas pada lingkaran tunas bawah.
Induksi cabang (Branch Induction)
Pada jenis klon-klon tertentu misalnya GT1, RRIM 600 aatau tanaman semaian sering tidak terbentuk cabang, maka perlu dilakukan tindakan untuk merangsang pertumbuhan cabang. Untuk merangsang pertumbuhan cabang dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
- Melipat daun pucuk (folding)
Bila sampai ketinggan 175cm tidak terbentuk cabang, maka titik tumbuh batang ditutup dengan cabang meliputi daun bagian atas dan mengikatnya dengan karet. Pelipatan dilakukan bila semua daun pada paying teratas tersebut telah mengeras. Lipatan diperiksa setiap minggu pada musim penghujan atau setiap dua miggu pada musim kemarau. Bila tunas-tunas telah tumbuh, maka lipatan dibuka. Apabila tunas tidak tumbuh, penutupan titik tumbuh diulangi lagi pada payung berikutnya.
- Pemotongan batang (topping)
Apabila sampai pada ketinggian 3m tidak terbentuk cabang, maka dilakukan pemotongan batang tanam (topping) pada ketinggian 310cm. cabang yang dihasilkan dibiarkan tumbuh dan tidak bertunas. Topping agar dilakukan pada musim penghujan. Jangan dilakukan pada musim kemarau. Selain system folding tersebut diatas, ada juga yang lebih baik, yaitu system utrimuing, yaitu daun muda yang baru muncul pada ketinggian diatas 175cm agar dipotong daunnya dengan setengah, kecuali pucuknya.
Dengan system pruning dan branch induction maka pertambahan girth (lingkar batang) akan cepat, sehingga dapat cepat dideres, yang berarti mempersingkat masa TBM (tanaman belum menghasilkan) selain itu mencegah pokok doyong atau tumbang. Hal tersebut berarti penghematan biaya dan cepat mendapatkan produksi. Biasanya untuk budgraft umur 4 - 4,5 tahun sudah dapat dideres.
B. Pengendalian gulma TBM
Masalah gulma di perkebunan karet dianggap serius karena bisa mengakibatkan terjadinya persaingan dalam penyerapan unsur hara, air, cahaya, dan ruang tempat tumbuh. Di samping itu, juga ada beberapa jenis gulma yang bisa mengeluarkan zat penghambat pertumbuhan sehingga tanaman terhambat dan menjelang waktu penyadapan produksinya rendah. Gulma juga dapat menjadi tanaman inang (host plant) dari hama dan penyakit tanaman. Oleh karena itu, gulma harur diberantas.
Pada tanaman belum menghasilkan (TBM) terutama tahun pertama sampai tahun ketiga, tanah masih terbuka sehingga gulma, seperti alang-alang, Mekania, Eupatorium, dan lain-lain, tumbuh subur dan cepat. Oleh karena itu, gulma harus dikendalikan agar tanaman karet dapat tumbuh subur dan dapat mencapai produksi optimal. Untuk mencapai hal tersebut, penyiangan pada tahun pertama dilakukan berdasarkan umur tanaman.
Pengendalian gulma pada tanaman belum menghasilkan dipusatkan di sekitar barisan tanaman. Pada tahap awal, daerah di sekitar pangkal batang dibebaskan dari gulma. Dengan bertambahnya umur tanaman pada daerah yang dibebaskan dari gulma adalah daerah satu meter sebelah kiri dan kanan barisan tanaman. Dengan cara demikian, maka kegiatan pemeliharaan selanjutnya dan penyadapan dapat dilakukan dengan mudah. Pada masa TBM, pengendalian gulma lebih banyak menggunakan cara manual, yaitu dengan mencabut atau membersihkan gulma secara langsung dengan tangan atau kored. Pada saat yang bersamaan juga dilakukan pengaturan tanaman penutup tanah yang melilit batang karet. Cara pengendalian dengan menggunakan herbisida hanya dilakukan secukupnya saja. Selain itu, Pengendalian gulma pada tanaman yang belum menghasilkan juga dilakukan dengan cara penanaman tanaman penutup tanah, pemeliharaan piringan atau jalur tanaman, dan pemeliharaan gawangan tanaman (Mangoensoekarjo, 1983):
- Piringan Tanaman
Piringan tanaman dengan jari-jari 0,5 – 1,0 m agar selalu bersih dari gulma atau penutupan tanah oleh gulma maksimum 30%. Pengendalian gulma dapat dilakukan secara manual atau kimiawi.
a. Penyiangan secara manual yakni dengan mencabur atau menggunakan kored/cangkul, dilakukan sebulan sekali atau tergantung pada perkembangan gulma. Arah penyiangan dibuat silih berganti. Penyiangan I menjauhi batang tanaman sedangkan penyiangan ke II menuju batang tanaman, demikian selanjutnya. Hal ini juga berlaku pada penyiangan jalur tanaman untuk menghindarkan terjadinya pencekungan tanah sekeliling pangkal batang.
b. Pengendalian secara kimiawi yakni dengan menggunakan herbisida. Herbisida yang digunakan adalah Paracol 1,5/lt/ha, Ustinex SP 2,0/2,0 kg/ha, masingmasing dalam 600 liter air, penyemprotan dilakukan dua kali berselang dua minggu, penyemprotan selanjutnya disesuaikan dengan perkembangan gulma. Menjelang tanaman mulai menghasilkan, kebun yang penyiangannya hanya pada piringan diubah menjadi penyiangan jalur atau dibuat jalan panen selebar satu meter.
- Gawangan Tanaman
- Penanaman tanaman penutup tanah kacangan (PTK).
Setelah pengolahan tanah atau pembukaan lahan selesai segera dilakukan pengajiran. Penanaman PTK dilakukan setelah pengajiran diupayakan satu tahun sebelum penanaman karet atau paling lambat bersamaan dengan penanaman karet. PTK ditanam 1,5-2,0 meter dari ajir atau barisan tanaman dalam 4 baris. Kacangan yang digunakan adalah:
· Campuran konvensional yaitu Centrosema pubesncens, Calpogonium mucunoides dan Pueraria javanica dengan perbandingan 2:2:1. Penanaman dilakukan dengan menugal sedalam kurang lebih 5 cm. Dalam satu lubang diisi 3-5 butir biji, kemudian ditutup dengan tanah. Jarak dalam barisan 40-50 cm atau dideder sepanjang larikan.
· Capologonium caeruleum, ditanam di lapangan dengan bibit dalam polybag yang berasal dari biji maupun stek. Bibit yang berasal dari biji lebih dahulu dikecambahkan kemudian dipindahkan ke pembibitan dalam polybag. Bibit yang berasal dari stek, stek diambil 2 ruas dari tanaman yang cukup tua dan sudah ada tumbuh akarnya, ditanam dalam polybag. Setelah 3-4 minggu bibit dapat dipindahkan ke lapangan, jarak tanam dalam barisan 1 m. tiap lubang tanaman diberi pupuk 3 gram rock phospate. Penanaman dapat dilakukan pada awal musim hujan atau akhir msim kemarau. Gulma yang tumbuh diantara PTK harus dikendalikan dengan mencabut atau menggunakan kored agar tidak mengganggu pertumbuhan PTK.
- Penanaman Tanaman Sela
Pada gawangan yang tidak ditanami PTK sebaiknya ditanami tanaman sela seperti jagung, padi, kacang tanah, kedelai, dan sebagainya. Tanaman sela akan membantu pendapatan petani dan sekaligus mendorong petani untuk melakukan pemeliharaan tanaman. Bila ditanami tanaman sela maka jarak antara tanaman sela dengan tanaman karet minimal 1 meter. Tanaman sela diberi pupuk yang cukup. Penanaman tanaman sela diupayakan sepanjang tahun dengan menanam tanaman yang sesuai dengan musimnya, seperti penanaman padi, jagung pada musim hujan dan kedelai, kacang uci pada musim kemarau. Dengan demikian tanaman terpelihara sepanjang tahun.
- Gawangan yang Tidak Ditanami
Pada gawangan yang tidak ditanami, gulma berkayu didongkel, gulma berbahaya diberantas, sedangkan gulma lainnya dibabat setinggi 30 cm. Pembabatan dilakukan 1,5- 2,0 bulan sekali.
BAB III
KESIMPULAN
1. Penunasan tanaman karet bertujuan untuk membuntuk tajuk dengan cabang-cabang yang seimbang pada ketinggian yang di inginkan.
2. Penunasan dapat dilakukan dengan cara seedling atau semaian, tall stump (okulasi dan seedling) dan induksi cabang.
3. Sistem penunasan yang paling baik adalah system pruning dan branch induction, karena dapat mempercepat pertambahan lingkar batang, sehingga dapat cepat disadap (mempersingkat masa TBM), dan mencegah pokok doyong atau tumbang.
4. Pengendalian gulma pada TBM meliputi pemberian tanaman penutup tanah, pemeliharaan piringan atau jalur tanaman, dan pemeliharaan gawangan tanaman. Sedangkan pemberian herbisida hanya dilakukan secukupnya.
5. Pemeliharaan piringan tanaman dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara manual (mencabut), dan secara kimiawi (menggunkan herbisida).
6. Pemeliharaan gawangan tanaman meliputi penanaman tanaman penutup tanah kacangan (PTK), penanaman tanaman sela dan mendongkel gulma berkayu, memberantas gulma berbahya, membabat gulma lain setinggi 30 cm pada gawangan yang tidak ditanami.
DAFTAR PUSTAKA
Mangoensoekarjo S, Balai Penelitian Perkebunan, Medan . 1983. Gulma dan Cara Pengendalian Pada Budidaya Perkebunan. Jakarta . Direktorat Jenderal Perkebunan, Departemen Pertanian.
Purwito. 1977. Pedoman Bercocok Tanam Karet. Fakultas Pertanian UNSOED. Purwokerto.
Setyamidjaja Djoehana. 1983. Karet: Budidaya dan Pengolahan. Cv. Yasaguna. Jakarta .
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus