Banyak faktor yang disinyalir turut menyumbang terjadinya kasus kelangkaan pupuk. Meskipun berbagai kebijakan pemerintah sudah begitu komprehensif. Keberadaan mafia distribusi menjadi aktor utama penyebab kelangkaan pupuk. Disparsitas harga yang terlampau tinggi antara pupuk bersubsidi dan tidak bersubsidi menjadi daya tarik utama bagi mafia pupuk. Disinilah prinsip ekonomi kembali bermain di lini distribusi. Demi mendapatkan keuntungan yang tinggi dengan modal sekecil mungkin. Penyelundupan pupuk menjadi pilihan kerja yang menguntungkan terlebih harga pupuk di pasar dunia cukup menggiurkan. Akibatnya petani yang seharusnya memperoleh hak pupuk bersubsidi hanya mampu gigit jari.
Faktor lain penyebab kelangkaan pupuk adalah terjadinya praktek-praktek pengalihan pasar pupuk bersubsidi. Menurut peneliti Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Ketut Kariyasa, pengalihan pasar pupuk terjadi dari jenis pupuk bersubsidi ke pupuk non subsidi. Kasus tersebut sebagian besar terjadi di daerah-daerah yang berdekatan dengan perkebunan besar. Terjadinya praktek tersebut dianggap akibat adanya dualisme harga pupuk domestik antara pupuk bersubsidi dan non subsidi.
Tidak berhenti disitu faktor lain penyebab kelangkaan pupuk juga akibat kesalahan penggunaan pupuk oleh petani. Di beberapa daerah masih dijumpai petani yang memberikan pupuk bagi tanaman melebihi dosis yang ditentukan yaitu 250 kg/ha. Respon petani terhadap isu kelangkaan pupuk juga turut andil memperparah kondisi tersebut. Terkadang petani latah menerjemahkan kasus kelangkaan pupuk. Ketika mendekati musim tanam mereka berbondong-bondong memborong pupuk lantaran takut tidak mendapatkan jatah pupuk. Tentu kasus tersbut akan berdampak tidak baik bagi petani lainnya.
Terbit di Tabloid INSPIRASI Vol. 2, No. 33, 25 November 2011.
Baca bagian lain dari artikel di atas:
"Tangani Mafia Pupuk Melalui Revitalisasi (Mafia Pupuk Part 3)"
"Mafia Pupuk Adalah Musuh Kita Bersama (Mafia Pupuk Part 1)"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar