II. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan manusia tidak terlepas dari pemanfaatan tumbuhan. Seperti tersedianya oksigen dari proses metabolisme tumbuhan. Keterlibatan manusia dalam dunia tumbuhan melalui ilmu pengetahuan, mengharuskan manusia untuk mengetahui secara mendalam proses-proses yang berlangsung dalam tubuh tumbuhan, faktor-faktor apa saja yang mengendalikan proses-proses tersebut. Pengetahuan dan penguasaan faktor-faktor pengendali tersebut melalui ilmu pengetahuan, diharapkan akan dapat meningkatkan mutu produk tumbuh-tumbuhan bagi kepentingan sesama manusia. Tidak kalah penting adalah usaha melindungi tumbuhan agar factor-faktor luar yang ikut mengendalikan proses-proses tersebut dapat tetap dipelihara jika bersifat positif, sebaliknya dapat dihindari jika bersifat negative.
Untuk dapat mengetahui pemanfaatan tumbuhan secara lebih mendalam dan efisien, perlu dilakukan tindakan eksplorasi (pencarian) tumbuh-tumbuhan berdasarkan jenis klasifikasinya. Biasanya, pengelompokan tumbuhan secara garsi besar terbagi pada dua klasifikasi yaitu tumbuhan tingkat rendah (cryptogamae) dan tumbuhan tingkat tinggi (Phanerogamae). Dengan dilakukannya klasifikasi, secara garis besar, maka akan mempermudah proses selanjutnya terkait untuk mengetahui jenis dan pemanfaatannya yaitu proses identifikasi dan klaasifikasi takson.
Penggolongan tumbuhan dalam sistem berdasarkan filogeni ialah dengan asumsi bahwa arah pertama dalam evolusi pada dunia tumbuhan (maupun binatang) dimulai dari organisme primitive menuju bentuk yang lebih kompleks. Kesemuanya itu didasarkan atas terdapatnay sifat-sifat yang promitif atau maju pada tumbuhan. Pada umumnya, sekelompok tumbuhan dianggap mempunyai hubungan yang paling erat jika terdapat jumlah terbesar tanda-tanda serupa, sedangkan hubungan keluarga dikatakan paling renggang jika tanda-tanda bersamanya itu sangat sedikit(Tjitrosomo, 1984).
Pada peristilahan dahulu, dikenal istilah Cryptogamae yaitu istilah arkaik para ahli botani terdahulu untuk semua tumbuhan kecuali gimnofita dan tumbuhan berbunga (Fanerogame), karena organ reproduksinya tidak menonjol seperti pada kelompok tumbuhan berbunga, atau biasa kita kenal dengan istilah tumbuhan tingkat rendah. Sedangkan Phanaerogamae adalah istilah lama untuk tumbuhan berbiji (gimnofita, antofita) karena organ reproduksi (konus, bunga) tampak jelas(Abercrombie, 1997).
Keanekaragaman individu ini dapat dilihat dari beberapa aspek antara lain struktur morfologis dan anatomis, aktivitas fisiologis, cara perkembangbiakan, susunan kimia tubuh, ekologis dan lain-lain. Keanekaragaman antar satu organisme dalam satu jenis disebut keanekaragaman gen, dan keanekaragaman yang terdapat antar satu jenis dengan jenis lainnya disebut keanekaragaman jenis(Anonim, 2008)
B. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengenal jenis-jenis tumbuhan yang ada disekitar kita berdasarkan kategori tumbuhan tingkat rendah dan tumbuhan tingkat tinggi.
III. BAHAN DAN ALAT
A. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah: Tumbuhan tingkat rendah dan tumbuhan tingkat tinggi.
B. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah: gunting, cutter, kantong plastic.
IV. PROSEDUR PRAKTIKUM
- Dikumpulkan 3 jenis tanaman tingkat rendah dan 3 jenis tanaman tingkat tinggi.
- tanaman dimasukan kedalam kantong plastic.
- tanaman diberi keterangan selengkap mungkin sehingga habitus tanaman dapat diketahui.
Praktikum eksplorasi tumbuhan tingkat tinggi dan tingkat rendah dilakukan di sekitar GOR (Gelanggang Olah Raga) Soesilo Soedarman dan kebun dibelakang gedung Teknologi Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto Kabupaten Banyumas Provinsi Jawa Tengah. Dari hasil eksplorasi diperoleh:
1. Tumbuhan Tingkat Rendah:
i. Pogonatum cirrhatum (Famili: Polytrichaceae)
ii. Asplenium belangeri (Famili: Polypodiaceae)
2. Tumbuhan Tingkat Tinggi:
i. Caesalpinia pulcherrima (famili: Caesalpiniaceae)
ii. Arachis hypogea (Famili: Fabaceae)
V. PEMBAHASAN
Keanekaragaman hayati tumbuh dan berkembang dari keanekaragaman jenis, keanekaragaman genetis dan keanekaragaman ekosistem. Karena ketiga keanekaragaman ini saling kait-mengkait dan tidak terpisahkan, maka dipandang sebagai satu keseluruhan (totalitas) yaitu keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati menunjukkan adanya berbagai macam variasi bentuk, penampilan, jumlah dan sifat yang terlihat pada berbagai tingkat gen, tingkat jenis dan tingkat ekosistem(Anonimous, 2008). Untuk lebih mengetahui berbagai keanekaragaman, maka dilakukan suatu kegiatan pencarian beberapa macam spesies yang beranekaragam yang dikenal dengan aktivitas eksplorasi.
Eksplorasi disebut juga fase pioneer, sesuai dengan salah satu tujuan taksonomi yaitu inventarisasi semua tumbuhan yang ada di muka bumi. Pada fase ini yang lebih ditekankan adalah identifikasi yang didasarkan pada herbarium yang jumlahnya terbatas. Acuan utama adalah morfologi dan distribusi tumbuhan tersebut(Anonimous, 2007).
Dari hasil eksplorasi, ditemukan tumbuhan Caesalpinia pulcherrima atau yang dikenal dengan nama bunga merak di sekitar kawasan GOR Soesilo Soedarman. Pada proses eksplorasi, diambil daun beserta tangkainya serta beberapa bunganya. Sedangkan ditemukan pula tanaman kacang tanah (Arachis hypogea) yang ditemukan di kawasan belakang gedung Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman. Tanaman kacang dan bunga merak tersebut merupakan tumbuhan tingkat tinggi (Phanaerogamae), karena memiliki bunga dan organ reproduksi yang jelas serta memiliki morfologi akar, batang dan daun yang jelas.
Tidak hanya tumbuhan tingkat tinggi saja yang ditemukan di lokasi eksplorasi, lumut sebagai salah satu tumbuhan tingkat rendah juga ditemukan pada saat eksplorasi. Ditemukan lumut Pogonatum cirrhatum di sekitar tembok pembatas jalan atau di sekitar portal pembatas jalan menuju GOR Soesilo Soedarman. Tumbuhnya lumut di portal tersebut dipengaruhi karena habitatnya yang cocok dengan karakteristik lumut tersebut. Lumut tersebut tahan terhadap musim kering, namun pertumbuhannya akan mengalami peremajaan jika air tersedia kembali(Tjitrosomo, 1984).
Tumbuhan hasil eksplorasi di dapat dari lokasi dan habitus yang beerbeda. Tumbuhan paku tamaga (Asplenium belangeri) ditemukan di tepi sungai dimana terdapat diantara bebatuan yang diantaranya terdapat secuil tanah. Hal ini sesuai dengan habitat tumbuhnya yaitu biasanya bersama paku-pakuan yang lain, pada tebing-tebing atau di tepi aliran sungai dan selokan yang tempatnya agak terlinding, tanah yang berbatu atau cadas yang dittutupi oleh lumut(Sastrapradja, 1979). Tumbuhan paku tamaga dan lumut termasuk tumbuhan tingkat rendah (Cryptogamae) karena tidak memiliki bunga dan organ reproduksi yang nampak jelas, serta pada beberapa tumbuhan lumut tidak dijumpai struktur morfologi akar, batang, dan daun yang jelas.
VI. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh, disimpulkan bahwa diperoleh tumbuhan tingkat rendah antara lain Pogonatum cirrhatum (Famili: Polytrichaceae) dan Asplenium belangeri (Famili: Polypodiaceae). Sedangkan Tumbuhan Tingkat Tinggi antara lain : Caesalpinia pulcherrima (famili: Caesalpiniaceae), Arachis hypogea (Famili: Fabaceae).
DAFTAR PUSTAKA
Abercrombie.dkk. 1997. Kamus Lengkap Biologi.
Anonim. 2008. “Keanekaragaman dan Klasifikasi Organisme”. http://www.e-dukasi.net/mol/mo_full.pdf. diakses tanggal 12 Juni 2009.
Anonimous. 2007. “Taksonomi Tumbuhan”. http://e-course.usu.ac.id/content/biologi/taksonomi/textbook.pdf. diakses tanggal 15 Juni 2009
Anonimous. 2008. ‘Keanekaragaman Hayati (Biodiversity)”. http://tedbio.multiply.com/journal/item/3/Keanekaragaman_Hayati_Biodiversity.php. diakses tanggal 12 Juni 2009.
Sastrapradja. 1979. Jenis Paku
Tjitrosomo, Siti Sutarmi. 1984. Botani Umum 3.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar